Suku-suku Asli yang Mendiami Provinsi Jambi
Oleh: M. Faisal, Guru SDN 214/IX Bukit Jaya Kabupaten Muaro Jambi, Jambi
Mhdfaisaljambi.Blogspot.com-Provinsi Jambi merupakan salah satu dari 10 Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Provinsi Jambi dihuni lebih kurang sebanyak 3,55 juta penduduk. Provinsi Jambi resmi menjadi sebuah provinsi otonom berdasarkan UU Darurat Nomor 19 Tahun 1957 yang kemudian ditetapkan menjadi UU Nomor 61 Tahun 1958. Penduduk yang mendiami wilayah Jambi merupakan gabungan dari beberapa suku yang sudah lama menetap, kemudian ditambah pendatang dari suku dan provinsi lain seperti Jawa, Bugis, Batak, Minang, dan lainnya.
Suku-suku asli yang mendiami provinsi Jambi, sebagai berikut:Suku Batin
Suku Kubu
Penyebutan ini mengeneralisasi dua kelompok masyarakat yaitu Orang Rimba dan Suku Batin Sembilan. Kubu berasal dari kata ngubu atau ngubun dari bahasa Melayu yang berarti bersembunyi di dalam hutan.
Orang sekitar menyebut suku ini sebagai “Suku Kubu”. Namun, baik Orang Rimba maupun Batin Sembilan tidak ada yang menyebut diri dan kelompok mereka sebagai Suku Kubu. Oleh karena itu, panggilan ini kurang disukai karena bermakna peyorasi atau merendahkan. Sebaran Orang Rimba di Jambi berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Sebagian kecil ada di wilayah selatan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
Orang Rimba juga dapat ditemukan di hutan-hutan sekunder dan perkebunan kelapa sawit sepanjang jalan lintas Sumatera hingga ke batas Sumatera Selatan. Mayoritas suku Anak Dalam menganut kepercayaan animisme atau kepercayaan kepada agama tradisional. Akan tetapi, beberapa keluarga khususnya kelompok yang hidup di kawasan jalan lintas Sumatera telah beragama Kristen atau Islam.
Ada beberapa kerajaan Melayu yang terkenal di antaranya adalah Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli, Kesultanan Riau Lingga, Kesultanan Jambi, dan Kesultanan Palembang. Sumatera adalah pusat penyebaran bahasa Melayu, yang saat ini menjangkau sebagian Asia Tenggara. Bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa resmi negara dan lingua franca, didasarkan pada bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu memiliki sejarah panjang, yang memiliki catatan sastra hingga abad ke-7 Masehi. Prasasti Melayu awal yang terkenal, Prasasti Kedukan Bukit, ditemukan oleh orang Belanda M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920, di Kedukan Bukit, Sumatera Selatan, di tepi sungai Tatang, anak sungai Musi.
Prasasti Melayu berbentuk batu kecil berukuran 45 x 80 sentimeter. Teks prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, yang diperkirakan sebagai nenek moyang bahasa Melayu saat ini dan variannya.
Suku Anak Dalam Batin Sembilan
Semenjak diberlakukan Undang-Undang Desa pada tahun 1979, banyak perubahan yang dihadapi oleh SAD Batin Sembilan seiring dengan perubahan status dusun menjadi desa tersebut. Perubahan tersebut disusul oleh adanya gelombang besar kedatangan masyarakat pendatang akibat adanya kebijakan transmigrasi dan perhutani, perusahaan, maupun penduduk wilayah lain yang datang dengan sendirinya untuk membuka ladang baru. SAD Batin Sembilan telah membaur dengan suku bangsa lain dan sulit dikenali perbedaannya. Mereka tidak lagi hidup bergerombol dalam sukunya, sebagaimana yang dilakukan oleh Orang Rimba. SAD Batin Sembilan juga telah menggunakan pakaian layaknya masyarakat pada umumnya dan memanfaatkan teknologi modern seperti alat komunikasi, kendaraan bermotor, dan sarana hiburan.
Selain itu, SAD Batin Sembilan juga telah hidup menetap dalam kurun waktu lama serta membuka hubungan atau komunikasi dengan pihak di luar kelompok suku mereka. Meskipun demikian, SAD Batin Sembilan tidak serta merta sepenuhnya terpengaruh dengan hal-hal yang dibawa komunitas dari komunitas mereka. Mereka justru banyak belajar untuk menyerap pengetahuan dan pengaruh yang dibawa pihak luar untuk mempertahankan eksistensi mereka sebagai SAD. Hal itu juga justru menjadikan mereka mampu mempertahankan dan merekonstruksi adat agar tetap memiliki identitas sebagai Suku Anak Dalam.
Suku Duano Tanjung Solok
Suku Kerinci
Secara topografi Kabupaten Kerinci memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan dengan puncak tertinggi Gunung Kerinci.
Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India Selatan yang mekarnya satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. Dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil. Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suku-suku yang Mendiami Provinsi Jambi", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/30/170000969/suku-suku-yang-mendiami-provinsi-jambi?page=4.
Penulis : M. Faisal
Editor : Serafica Gischa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar